Sutie Rahyono - Praktisi dan Trainer Kewirausahaan
Hampir semua orang ingin menjadi kaya, walaupun kekayaan itu sendiri tidak menjamin kebahagiaan bagi seseorang. Karena sumber kebahagiaan memang bukan hanya kekayaan.
Bagi yang telah memiliki kekayaan berlimpah tidak otomatis sejahtera hingga hari tuanya. Tidak sedikit orang kaya yang merana di hari tuanya, merana karena banyak menanggung hutang akibat kekayaannya itu sendiri. Kenapa bisa?
Konon ada dua golongan orang kaya yang berbeda dalam memaknai kekayaannya. Golongan pertama adalah orang kaya, yang ingin “memiliki (to have) kekayaan”, Golongan kedua adalah golongan orang kaya yang “ingin menjadi (to be) kaya”. Begitu menurut pak Soebekti dkk, dalam bukunya Berkecukupan di Segala Usia.
Golongan orang kaya yang pertama, Orang yang ingin memliki kekayaan, biasanya ingin segera menampilkan kekayaan yang dimilikinya, berupa symbol-simbol status sosial dan symbol-simbol kemapanan. Mobil mewah, rumah bagus di lingkungan elite dengan sederetan gaya hidup yang menunjukkan bahwa dirinya orang kaya. Golongan ini sangat giat bekerja karena takut miskin, karena menurutnya, kemiskinan membuat sengsara dan tidak dihormati dalam pergaulan. Golongan ini biasanya akan sangat konsumtif, di dalam memanfaatkan kekayaannya.
Berbeda dengan golongan orang kaya kedua, yang ‘ingin menjadi kaya”. Perilakunya lebih produktif, golongan ini giat bekerja agar masa tuanya tidak bergantung pada orang lain, orientasi ke depannya adalah kemandirian di masa tua. Golongan ini biasanya tidak merasa takut untuk hidup sederhana demi mewujudkan apa yang diinginkan di masa depan, bahkan mereka akan tetap mempertahankan gaya hidup kesederhanaannya walaupun ia telah memiliki kekayaan. Baginya tidak perlu ada yang di rubah, dan tidak perlu menambah konsumsinya.
Golongan orang kaya yang pertama, sangat rentan terhadap kemiskinan di masa tuanya, mereka rentan bangkrut, karena gaya hidupnya berbiaya tinggi. Mereka menjadi konsumtif dan kurang berinvestasi, mereka kurang menyadari, di masa tua kekuatannya untuk bekerja keras telah menurun seiring dengan bertambahnya usia. Sebaliknya, orang kaya golongan kedua, mereka sudah bahagia dengan kondisinya sejak awal, tidak konsumtif yang berlebihan. Keinginannya untuk mandiri di masa tua membuat mereka cenderung hemat. Golongan ini selalu berfikir dan bertindak untuk selalu menambah investasinya.
Upaya untuk mempertahankan dan menambah kekayaanpun bukan dengan jalan pelit. Hemat bukan berarti pelit, tetapi mengendalikan. Bukan saja mengendalikan keinginannya, keinginan yang sering didorong oleh berbagai macam nafsu, tapi kebutuhannyapun dikendalikan dengan baik, kebutuhan sebagai sesuatu yang harus dicukupi. Hidup sederhana bukan berarti mengurangi kualitas hidup. Pelit hanya akan berbuah mengurangi kualitas hidup. Sehingga kalau ingin mengumpulkan lebih banyak kekayaan seharusnya tidak dengan cara bersikap pelit, tetapi dengan berhemat dan menambah sumber-sumber penghasilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar