selamat datang

Ya TUHAN, Penguasa seluruh alam, Yang Maha Perkasa, Maha Kaya, Maha Bijaksana, Maha Adil, dan segala MAHA hanya milikMU, ampunkan diri kami yang sering berlaku sombong, yang sok pinter, sok tahu, sok berpengalaman dan sok-sok-an lainnya. Dengan Maha Kasih dan Maha SayangMU, kami mohon petunjuk, mohon bimbingan, dalam menjalankan tugas untuk ikut memakmurkan bumi ini, lindungilah kami dari segala godaan yang menyesatkan, hingga sering menjauh dari tugas mulia yang telah ENGKAU perintahkan. Berilah kekuatan untuk melawan kezaliman hati kami. Jauhkanlah kami dari rasa takut menderita, takut kekurangan, dan ketakutan lain yang membuat diantara kami saling membiarkan, saling menelantarkan, dan hanya mementingkan diri kami sendiri. Dengan IzinMu, kami berkumpul, bersilaturahmi di wahana ini, untuk saling mengingatkan, saling berbagi, saling membimbing diantara kami. Hindarkanlah kami dari kegemaran saling mengolok-olok, tuntunlah kami dalam kesantunan, dan kerendahan hati. Hindarkanlah diantara kami dari rasa paling benar, karena memang hanya kebenaranMu-lah yang paling hakiki.

Kamis, 17 Februari 2011

MENYIAPKAN MODAL USAHA

Sutie Rahyono - Praktisi dan Trainer Kewirausahaan

JIka disebut modal usaha, di benak kita jangan langsung terbayang setumpuk uang yang bisa kita gunakan untuk membeli keperluan  yang dibutuhkan dalam suatu usaha.    Apabila semua ini tersedia, kita beranggapan suatu usaha bisa dimulai.  Usaha atau bisnis tidak sesederhana itu. 

Uang memang kita perlukan dalam menjalankan suatu usaha, penting memang, tetapi bukan yang terpenting, ketersediaan uang yang banyak  tidak menjamin keberhasilan suatu bisnis.  Jauh sebelum sampai pada Modal  uang, kita perlu mempersiapkan modal lain yang lebih penting dan lebih mentukan dalam mendukung keberhasilan suatu usaha, yaitu modal Kepribadian, Kreatifitas dan Profesionalime.

Untuk menjadi seorang wirausahawan modal yang perlu dipersiapkan memang sangat berbeda dengan modal untuk mempersiapkan diri menjadi karyawan.  Menjadi seorang karyawan, biasanya hanya diperlukan modal pengetahuan dan ketrampilan yang parsial, menguasai ilmu akuntansi saja  bisa digunakan sebagai modal melamar pekerjaan. Demikian pula jika kita hanya memiliki  ilmu marketing, ilmu kelistrikan, permesinan, Ilmu mengelola sumberdaya manusia  dan sebagainya, karena semua yang parsial tersebut nantinya akan dipadu menjadi sebuah teamwork.  Tidak demikian halnya dengan wirausaha, semua harus ditangani sendiri, dan harus dipersiapkan sendiri dengan baik dan sedini mungkin.

Walaupun untuk menjadi usahawan  dituntut memliki modal yang  komplit,  namun semua bisa tidak harus kita miliki sendiri secara pribadi, modal dan Ilmu yang dibutuhkan, bisa dimiliki banyak orang,  asal kita tahu siapa yang memilikinya, berusaha mengenal dan menjalin hubungan dengan baik dengan para pemiliknya dan menjadikannya sebuah jaringan yang kokoh.  Untuk itu dengan segala keterbatasan, kita harus memiliki ketrampilan dan keunngulan untuk piawai membina hubungan dengan orang lain.  Untuk semua itu diperlukan modal Kepribadian, Modal Kreatifitas dan Modal Profesionalisme.


Modal Kepribadian

Dasar untuk mengembangkan  modal  kepribadian ini adalah menyadari kelebihan dan  kelemahan yang dimiliki, namun tidak jumawa, yang seakan hanya memiliki kelebihan tanpa cacat dan kekurangan, mengetahui apa yang menjadi hobi dan kesukaannya, mampu mengendalikan emosinya, piawai membaca perasaan  orang lain atau empaty dan juga memiliki motivasi tinggi dan tak gampang pudar. Motivasi ini akan menjadi pendorong utama seseorang untuk mampu bertahan dan berjuang terus menerus.   Motivasi ini biasanya akan muncul dan terlihat dalam bentuk antusiasme di dalam mengerjakan setiap pekerjaan.

Mereka yang terampil menguasi dirinya, akan memiliki kepribadian yang luhur, dan biasanya akan memiliki kecakapan sosial yang tinggi yang akan membuahkan  citra diri yang positif sebagai modal dasar dalam membangun jejaring bisnisnya.  Sebagai modal dalam membangun hubungan dengan pemilik sumberdaya usaha yang diperlukan tapi tidak dimilikinya, sebagai modal untuk membangun hubungan dengan lingkungan bisnis dan sebagai modal untuk membangun hubungan dengan para karyawannya.

Contoh pentingnya modal ini bisa kita perhatikan dari penaglaman disekitar kita, sebuah usaha yang telah berhasil dibina dan dirintis orang tuanya, hancur dan jatuh setelah diwariskan kepada anak keturunannya.  Mengapa ini bisa terjadi, padahal modal dagangan/uang sudah banyak, modal nama yang sudah dikenal, modal pelangganpun  sudah banyak pula.  Modal yang ada tersebut ternyata tidak mampu untuk mempertahankan usaha yang sudah besar, apalagi untuk membangunnya.  Kejatuhan tersebut tidak sedikit yang dipacu oleh  karena yang diwariskan hanya bisnisnya, orang tua tidak mewariskan kepribadiannya, tidak mewariskan ketrampilan sosialnya, ketrampilan berhubungan dengan orang lain, ketrampilan mengendalikan emosinya, kejujuran, kesantunan serta empaty yang selama ini menjadi kekuatannya.  Orang tuanya lupa, tidak sadar atau tidak memahami, bahwa modal yang membesarkan usahanya adalah modal kepribadiannya.  Karena modal ini tak diwariskan, maka pelanggan yang selama ini dihargai, menerima kesantunan dan kepedulian dari orang tuanya, tiba-tiba perlakuan tersebut tak diperolehnya dari putranya.  Pelanggan akhirnya kecewa, malas, merasa tidak diorangkan dan banyak alasan lagi jika kita peduli untuk menulusurinya.

Modal kepribadian ini, tidak bisa datang begitu saja, tidak pula diwariskan secara genetic, semua harus melalui tahapan proses,  menyadari dan berlatih.  Memahami benar kekurangan dan kelebihan pada dirinya , tetapi tidak merasa paling berpengalaman, sok pintar dan berkuasa,  menerima segala kritik dan masukan dengan lapang dada,  menjauhkan diri dari gengsi dan rasa malu  yang tidak pada tempatnya.  Mengendalikan nafsu amarah sesuai porsi dan tidak di sembarang tempat.  Tidak egois dan mementingkan diri sendiri sehingga dikenal rakus dan tidak memiliki rasa pemaaf apalagi kedermawanan.  Tidak selalu berprasangka buruk pada orang lain dan pesaing. 

Penguasaan diri seperti ini merupakan modal kepribadian yang akan membawa pada citra diri yang positif yang sangat berharga dan sangat diperlukan di dalam keberhasila suatu usaha.  Penelitian Cuningham menyebut 49% kunci keberhasilan suatu usaha ditentukan oleh kepribadian pemiliknya, dan 17% berhubungan dengan pelanggannya.


Modal Kreatifitas

Setelah mengasah diri memiliki kepribadian yang jempolan sebagai modal menjalankan usaha, maka modal lain adalah modal kreatifitas.    Kreatifitas ini konon menurut para ahli tidak berhubungan dengan kecerdasan/IQ.  Kreatifitas ini sangat dirasakan kebutuhannya manakala sutau usaha menemui keterbatasannya, keterbatasan uang, bahan baku atau sumberdaya yang lain serta  pemasarannya. 

Konon pula setiap orang memiliki kreatifitas ini, yang terletak dibelahan otak sebelah kanan.  Hanya terasah atau tidak.  Bagi mereka yang biasa menjadi karyawan atau pegawai kreatifitasnya sering ditumpulkan oleh SOP (standard Operating procedur) dan SISDUR.  Mereka tidak terbiasa dan tidak berani keluar dari sistem yang telah dibakukan, bisa-bisa SP (surat Peringatan) yang akan di dapat jika mereka berani melanggar SOP dengan berkreasi menurut caranya sendiri. Ini penting disadari oleh mereka yang akan membuka usaha, tetapi sudah terbiasa menjadi pegawai.  Di dalam dunia wirausaha, berlaku hukum ”sesuatu hasil yang lebih baik tidak akan diperoleh dengan cara yang sama”.  Di dunia wirausaha Sangat dianjurkan untuk perfikir productively bukan reproductively, mengulang kembali cara-cara yang telah terbukti berhasil.  Lingkungan selalu berubah, siklus produk dan siklus usaha selalu mengalami perkembangan.

Banyak teori dan cara yang telah dikembangkan oleh para ahli kreatifitas ini, mulai dengan berlatih berfikir kreatif, berfikir metafora, teori SCAMPER (substitusi, modifikasi, Analog, Magnify, mengambil bagian yang lain/put to other use, eleminasi atau menyingkirkan bagian lainnya hingga me-reverse atau membalik).  Ada pula mengembangkan kreatifitas dengan cara pemaksaan hubungan (Force relationship), memaksakan untuk menghubungkan sesuatu yang sama sekali tidak berhubungan menjadi berhubungan.  Humor plesetan sering pula digunakan untuk melatih kreatifitas ini.

Dengan modal kreatifitas, kita terhindar dari kelatahan bisnis, yang hanya bisa menjadi follower , menjadi peniru, plêk, persis, sehingga tidak memiliki originalitas dan keunikan yang menjadi ciri khas produk dan usahanya.  Wirausahawan seperti ini bagai cerita seorang kakek tua yang bernama Wonokairun yang hanya bisa meniru  rutinitas istrinya  dalam mencuci pakaian, sehingga pada saat ia mencuci kucing  yang banyak kutunya, diakhir pencuciannya,  kucingpun di peras.  Matilah sang kucing di tangannya.


Modal profesionalisme.

Modal usaha lain yang tak kalah pentingnya adalah profesionalitas atau profesionalisme, modal ini sangat menentukan terjadinya keterulangan penjualan, membeli sekali, puas dan membeli lagi berkembang menjadi pelanggan dan  meningkat menjadi pelanggan yang loyal dan ke puncak tataran  menjadi pembela atau advokat.

Jika tataran pembeli sebagai advokat tergapai, maka keberlangsungan dan kelanggengan usaha akan terjamin.  Tanpa profesionalisme upaya mempertahankan pembeli apalagi menjadi pelanggan, loyal dan menjadi pembela tidak akan bisa terwujud.  Profesional dalam menghasilkan produk dan profesional dalam meberikan pelayanan.  Wirausahawan yang profesional akan selalu berfikir untuk mengerjakan apa yang rencanakan, apa yang telah dijanjikan, tetapi tidak asal mengerjakan.  Dikerjakan dan selesai, namun tidak asal selesai. Selesai dengan hasil yang baik dan berstandar tinggi. 

Profesionalitas di atas hanya bisa dicapai dan berkelanjutan manakala setiap proses pekerjaan, dikerjakan secara teliti, dikerjakan oleh orang yang memahami secara menyeluruh dan dilakukan pengawasan serta kontrol yang baik.  Disinilah nantinya ketrampilan teknis sangat diperlukan.  Ketrampilan teknis sesuai bidang usaha kita, termasuk ketrampilan teknis manajemen operasi, pemasaran, tekni mengelola keuangan usaha maupun sumberdaya manusia

Dengan modal kepribadian, kreatifitas dan profesionalisme yang baik, kita akan memiliki berbagai macam keunggulan, otentisitas, ke-khas-an dan keunggulan lainnya dalam kita memproduksi dan mengelola usaha kita, dengan demikian akan memudahkan kita dalam menggapai cita-cita yang telah kita canangkan dan kita rencanakan.

Keunggulan yang kita miliki akhirnya akan mengundang berbagai sumberdaya yang kita perlukan dan tidak kita miliki.  Mereka akan dengan senang menjalin hubungan dengan kita, menjadikan kita sebagai anggota jaringannya. Uang, bahan baku , SDM hingga perijinan akan datang menawarkan diri dengan segala kemudahannya.

Selamat berwirausaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar